Tanggal 12 Juni 2013 yang lalu suami saya berulang tahun yang ke-32. Sedihnya setiap tahunnya load pekerjaan saya sebagai guru sangat tinggi di waktu tersebut. Tahun lalu saya berhasil mencuri waktu dan meluangkan surprise untuk makan malam berdua dan titip beli kado kepada adik saya di Bandung serta memesan cupcake untuk ulang tahunnya. Foto di atas merupakan foto yang diambil 1 minggu sebelum beliau ulang tahun. Maksudnya curi-curi kesempatan untuk tampil di blog saya ini. Terima kasih ya buat teman kami Arie Budi Prasetyo sang fotografer handal yang bersedia memotret kami 🙂
Tahun ini, kami putuskan untuk makan bersama teman-teman dekat kami di Malang. Untuk urusan kado sudah saya berikan dua minggu sebelumnya. Tanpa cake. Tanpa kartu. Bahkan tulisan untuknya pun saya pending beberapa saat karena kepala saya yang sudah penuh dengan detil yang ada.
Sekali lagi walaupun kesannya sudah basi, saya ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke-32 untuk suami saya.
Saya tidak pernah berhenti bersyukur untuk memiliki dirinya di samping saya dan terima kasih Tuhan sudah membuat Mas Supri (begitu biasa orang-orang juga ikut memanggilnya) ada di dunia ini 32 tahun yang lalu.
Ketika pagi hari membangunkan kami, Mas Supri adalah alasan terbesar saya untuk mau menjadi pribadi yang semakin baik.
“Baca Alkitab dulu.” Itu pesannya di pagi hari sebelum kami memulai aktivitas kami. Pagi merupakan waktu kami memiliki keheningan masing-masing dengan Pencipta kami. TanpaNya hidup ini pasti tidak akan makna dan perasaan syukur. Itu penekanannya pada saya mengenai makna hubungan yang intim dengan Tuhan.
Kebiasannya setiap pagi adalah menuangkan air panas ke bak kamar mandi untuk saya. Ketika saya melakukan ini seorang diri, ia pasti akan bertanya, “Kenapa menuangkan sendiri? Mas ingin menuangkan untuk Adek.” Sederhana, namun Mas Supri sungguh menunjukkan bahwa ia ingin menjadi suami yang melayani.
Ketika saya menyiapkan bekal makan siang ataupun sarapan, ia pasti akan menengok ke dapur dan bertanya mengenai jenis makanan yang saya buat walaupun mungkin sebelumnya ia sudah tahu. Ini juga sederhana namun di mata saya Mas Supri sungguh menunjukkan betapa ia peduli terhadap hal-hal yang saya kerjakan serta tidak malu untuk membantu saat saya mengalami kesulitan.
Ketika saya terlalu lelah untuk memasak maka ia akan memutuskan untuk mengajak saya makan di luar atau bahkan ia yang akan memasak untuk kami. Saya masih ingat di awal usia pernikahan kami saat saya sama sekali tidak bisa memasak, Mas Supri dengan telaten dan sabar mau memasak untuk kami. Saat pertama kali makan masakan saya, ia pun mengatakan enak. Sampai sekarang. Dia bilang, masakan dengan cinta pada suami itu enaknya berkali-lipat. Sounds not interesting enough but of course the blooming heart was mine at that moment 🙂
Setiap sore dia menjemput saya dari sekolah dan dengan setia akan datang ke kelas. Teman saya bahkan sudah hapal dengan kebiasannya muncul di jendela. Awalnya saya selalu meminta dia untuk langsung masuk saja namun kemudian dia menyatakan alasan bahwa bagaimanapun dekatnya tetap saja yang ia masuki merupakan ranah instansi yang punya barang berharganya masing-masing. Jangan sampai keberadaannya justru jadi bumerang jika suatu saat ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Saya bilang pemikirannya terlalu jauh namun saya sadar bahwa Mas Supri adalah pribadi yang sangat hati-hati dalam bersikap dan sikap inilah yang seringkali juga menyelamatkan kami dalam menghadapi banyak hal yang terjadi.
Ketika kami makan, Mas Supri akan memberikan bagian dari makanan yang paling saya suka untuk saya. Jika saya menolak ia akan tetap memaksa saya untuk mencicipinya walaupun sedikit. Ini sangat khas Mas Supri yang selalu berbagi dan memberikan banyak hal terbaik yang dapat ia usahakan untuk saya.
Beberapa kali dalam seminggu, ia pasti akan mengingatkan saya untuk menghubungi Mama via telepon atau sms untuk menanyakan kabar dan hal yang terjadi. He’s a family man and I am so blessed for this kind of husband 🙂
Beberapa kali ia menolak permintaan saya untuk membeli kosmetik ataupun pakaian sebuah lini yang menurutnya terlalu mahal. Saya sempat sebal kepadanya namun beberapa saat kemudian ia membelikan saya perhiasan dengan harga yang lebih mahal dari benda yang saya inginkan. Menghabiskan uang untuk investasi itu penting, namun untuk hedonisme harus menyisihkan dari yang ada. Itu pesannya. Lagi-lagi saya sadar bahwa Mas Supri ingin agar di usia 25 tahun ini saya sudah mulai bijaksana untuk mengelola keuangan. Saya bangga padanya.
Mas Supri bukanlah pribadi yang pencemburu namun dia tidak segan menegur saya jika ia melihat sikap saya yang kurang pas dalam memperlakukan teman lawan jenis saya. Teman-teman lawan jenis saya pun sadar bahwa dalam pribadinya yang sekilas cuek, ia begitu melindungi saya ketika berhubungan dengan orang-orang di sekitar saya.
Mas Supri adalah orang pertama yang melihat air mata saya jatuh dan kemudian mampu membuat saya kembali nyaman dan sadar akan positifnya setiap hal.
Satu hal juga yang membuat saya bangga adalah Mas Supri memiliki etos kerja yang sangat baik. Selama menjadi seorang entrepreneur, tidak pernah sekalipun ia menggunakan barang bajakan. Tidak pernah juga ia menipu kliennya untuk kepentingan pribadinya. Bayar pajak di negara korupsi ini pun tetap dengan setia ia lakukan walaupun birokrasi yang demikian sulitnya. Kejujuran dan semangatnya dalam bekerja membuat saya semakin menghormatinya.
Sudah 32 tahun kehidupan ia jalani. Saya yakin di hari depan, tangannya akan semakin kokoh menopang. Kakinya akan semakin kuat untuk melangkah tapak kehidupan yang ada. Matanya akan semakin dipenuhi visi ke depan. Pikirannya akan semakin bijak dalam menyingkapi setiap hal. Hatinya semakin lembut untuk mengasihi. Pelukannya akan semakin hangat untuk setiap bagian keluarganya.
Happy birthday my dearest husband. I am not expecting anything because you are beyond of my expectations. I love you so much!
Malang, 22 Juni 2013
Karunia Tiara Vani – your blessed lover :*