Dalam rangka menyambut hari jadi kami yang ke-1, maka saya memutuskan untuk menulis kisah kami sekitar 1 tahun yang lalu.
Well… siang ini setelah bangun tidur, saya update status dengan kalimat:
A year together as a couple… Two years together as a close friend. Three years together as a social network friend. Happy anniversary to us. May our love keep growing and blooming
Walaupun kami saat ini sedang berada di kota yang berbeda, hal ini tidak mengubah apapun. Mas Supri hari ini bilang:
S: Terima kasih untuk satu tahun yang luar biasa, Sayang…
R: Terluar biasa dalam hidup Mas yah?
S: Yang terluar biasa belum datang, Sayang… Makin luar biasa setiap tahun sama Adek…
R: :”> [speechless]
Jika ingat peristiwa satu tahun lalu, hari itu hari Sabtu dan kami janjian untuk datang ke pemberkatan dan resepsi salah satu teman Mas Supri yang namanya Joe.
Kami datang sebagai teman dan saya sempat sebel ketika beberapa teman Mas Supri selalu nanya, “Pacarnya ya?” Dan yang paling parah ada yang dengan PD-nya bilang, “Pri… Kok aku ga dikenalin sama istrimu?” Rasanya kalau punya mikrofon, saya pengen bilang, “Saya CUMA temannya Supri.” Atau kalau perlu pake nametag yang besar gitu sekalian biar ga perlu ngulang-ngulang jawaban tentang status kami, hehehehe. Tambahan yang nyebelin, Mas Supri selalu diem aja tiap ada yang nanya gitu. Makinlah saya merasa tidak punya dukungan argumen
Jujur, waktu itu saya sudah menganggap Mas Supri ini sebagai teman spesial di dalam kehidupan saya tapi saya tetap nggak mau kalau orang menyalahartikan kedekatan kami. Ternyata alasan Mas Supri diam adalah dirinya sedih karena kedekatan kami selama ini tidak lebih hanya sebagai teman.
Sebagai tambahan, sebelumnya Mas Supri pernah menyatakan perasaannya tanggal 17 Januari 2010 tapi waktu itu saya memang sudah berkomitmen tidak akan memiliki komitmen dengan siapapun sampai saya berhasil menyelesaikan skripsi saya dengan baik. Klise dan naïf sih mungkin kedengarannya tapi itu resolusi tahun 2010 saya. Puji Tuhan, fokus yang tepat pada waktunya memberikan segala sesuatu indah pada waktunya.
Akhirnya setelah pulang dari resepsi, kami sempat makan di Serba Food sambil ngobrol. Obrolan pun mengalir dan tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 23:00. Saat itu Mas Supri berniat mengajak pulang namun saya akhirnya bertanya:
“Mas nggak merasa ada sesuatu yang harus diselesaikan?”
Nah, berangkat dari pertanyaan itulah akhirnya kami nggak jadi pulang. Dengan berbagai perbincangan, akhirnya Mas Supri menanyakan pertanyaan yang sama seperti yang ia ucapkan tanggal 17 Januari 2010. Mas Supri bilang bahwa ia tadinya berniat mengemukakan pertanyaan tersebut di minggu selanjutnya karena di minggu itu, saya baru saja merayakan kelulusan dan wisuda saya. Katanya:
“Aku nggak mau mengganggu sukacita kamu, Ra… Aku mau bersabar dulu…”
Singkat cerita, kami pun menyatakan komitmen kami masing-masing dan menutup hari itu dengan doa dan ucapan syukur dengan status yang baru.
Saat itu dan bahkan sampai detik ini saya yakin atas pilihan hidup saya untuk bersama-sama dengan Mas Supri. Kurang lebih kami melalui waktu setahun untuk menjadi teman dekat dan proses dalam pendekatan. Saya pikir, waktu ini cukup untuk menguji hati dan ketulusan kami masing-masing di kala itu.
Kami sudah melewati proses perkenalan yang unik. Saya tidak pernah sadar sebelumnya kalau sudah berteman dengan Mas Supri 3 tahun yang lalu di situs Friendster. Begitu pula Mas Supri lupa pernah menyapa saya via message di situs yang sama.
Ketika akhirnya bisa benar-benar mengenal, saya harus melaksanakan tugas akhir di Malang. Ketika saat liburan tiba dan berpikir untuk liburan bersama di Malang, Mas Supri harus tugas ke Bangladesh. Ketika akhirnya kami resmi berkomitmen, saya harus penempatan kerja di Malang.
Saya bersyukur kalau saya tidak menanggapi sapaan Mas Supri 3 tahun lalu via friendster. Mengapa? Karena kami butuh waktu 1 tahun untuk benar-benar pulih dari cerita kami masing-masing dan memulai lembaran baru bersama 2 tahun berikutnya.
Sekarang, inilah kami. Baru saja memiliki hubungan dan komitmen yang relatif singkat. Namun kami siap. Kami siap untuk menapaki tahun-tahun yang terbentang di hadapan kami dengan bekal ketulusan, kesabaran, dan penyertaan Tuhan di sepanjang kehidupan kami.
Sebelum hari ini berlalu, saya ingin menuliskan ini untuk Mas Supri:
It’s not who you are to the world, it’s who you are to me.
It’s not how many times I say I love you, it’s how much I really do.
It’s not how many complains we said each other, it’s how many efforts we did for us
It’s not how long we are together, it’s how strong we really commit each other
Happy anniversary, dear! Every hour, minute, and second, you are just perfect for me!