Siapa sih di dunia ini yang ngga punya bucket list atau impian yang ingin dilakukan at least sekali seumur hidup? Mulai dari yang sederhana seperti bisa goreng telur sendiri (waktu SD) sampai yang susah kayak nyobain sky diving. Saya pribadi dari kecil sangat ingin lihat dan megang salju. Setiap baca majalah Bobo dan ada liputan tentang salju, saya langsung berandai-andai bisa pergi ke tempat yang memiliki salju. Nah, bersyukurnya di usia saya yang menjelang 30, bucket list memegang salju ini sudah bisa saya tandai!
Awalnya saya ngga tau kalau Jepang masih punya salju di musim semi. Keberadaan snow resort Gala Yuzawa saja tidak sengaja saya ketahui saat membuat itinerary. Ya kali salju di bulan April? Itu pikir saya waktu itu. Lagipula sepengamatan saya juga ngga ada teman atau kerabat yang pergi ke Jepang bulan April masih bisa ketemu salju. Nahhh, akhirnya sewaktu scrolling nemu artikel di https://www.infojepang.net/5-tempat-main-salju-dekat-tokyo/ dan menyatakan bahwa Gala Yuzawa Snow Resort masih dibuka sampai tanggal 7 Mei 2017, yang artinya masih masuk dalam rencana perjalanan kami!
Saya pun segera melakukan riset lebih lanjut dan mencari pengalaman orang-orang yang menulis review tentang Gala Yuzawa. Mayoritas mengatakan seru banget dan menjadi pengalaman tidak terlupakan. Bahkan saking niatnya, saya search location dengan Instagram kemudian mengirimkan private message pada turis-turis yang waktu kunjungannya tidak terlalu berbeda jauh dengan saya. Tujuannya untuk memastikan beneran masih ada salju 😀
Untuk pergi ke Gala Yuzawa sendiri, kita hanya tinggal menaiki shinkansen dari Ueno Station. Senangnya, shinkansen ke Gala Yuzawa ini masih dicover oleh JR Pass. Jadi sama seperti melakukan perjalanan ke Kyoto atau Tokyo, kita hanya perlu melakukan reservasi tiket di kantor JR terdekat. Perlu diketahui, tidak setiap waktu shinkansen ke Gala Yuzawa ini tersedia. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di situs berikut: https://www.jreast.co.jp/e/pdf/gala_timetable.pdf.
Sewaktu di Osaka, saya gagal melakukan reservasi ke Gala Yuzawa karena mungkin sang petugas kurang biasa menangani reservasi ke Gala Yuzawa. Oleh sebab itu ketika sampai di Tokyo, saya segera melakukan reservasi tiket PP untuk tanggal 17 April 2017. Hal yang membuat kegembiraan bertambah, kami mendapat kesempatan untuk naik shinkansen double decker yang bernama Max Tanigawa. Perjalanan ke Gala Yuzawa ini belum banyak orang tahu karena waktu saya kenalan dengan keluarga di Gyukatsu Motomura, mereka pun heran dengan rencana kami ke Gala Yuzawa untuk melihat salju. Salah seorang anaknya yang kuliah di Jerman saat saya tunjukan fotonya langsung bilang “Wah kalau masih bisa untuk ski dan snowboarding sih artinya masih tebel saljunya. Kayak di Titlis, Swiss ya ini” Saya cuma tersenyum dan bilang “Waduh ngga tau deh kalo itu, secara belum pernah ke Swiss” 😀
Akhirnya sekitar jam 07.00 kami mulai melakukan perjalanan ke Ueno Station yang hanya terletak 2 stasiun dari Nippori Station (stasiun terdekat dari hotel kami). Jadwal shinkansen sendiri jam 08:10 sehingga kami masih punya waktu untuk sarapan dan membeli perbekalan. Berbeda dari stasiun Osaka atau Tokyo, di Ueno ini kita bisa sering banget ngelihat kepala shinkansen yang seliweran dan berwarna warni. Asli, saya kegirangan dan langsung mengabadikan moment tersebut 😀
Dalam perjalanan sekitar 90 menit, kami disuguhkan dengan pemandangan yang berbeda dari sebelumnya. Pemandangan pedesaan yang masih ada sisa salju mendominasi perjalanan ke Gala Yuzawa. Sayangnya kami mendapat kursi bagian bawah sehingga tidak terlalu bagus memotret pemandangan yang ada. Jadi catatan buat teman-teman, kalau naik shinkansen double decker, usahakan dapat kursi di bagian atas ya!
Sesampainya di stasiun Gala Yuzawa, udara dingin langsung menyeruak ke tubuh. Saya langsung heboh mengambil mantel, topi, dan syal. Mas Supri langsung menertawakan saya karena sebelumnya saya enggan bawa syal. Kami pun segera menuju bagian receptionist untuk mendapatkan penawaran dan tiket masuk. Untuk pembiayaan lebih jelas, teman-teman bisa langsung ke situs https://gala.co.jp/winter/english/rental/rental.html. Nah, karena ini pertama kali kami merasakan salju, kami memang ngga berencana main ski. Alasannya karena kami clueless dan kalaupun ambil kursus kilat harganya mahal banget yaitu sekitar 22.000 yen. Dibanding cedera dan ngga menikmati kami pun ambil Special Offer 1 seharga 2000 yen perorang dan sudah termasuk tiket PP gondola serta rental sled, boots, dan sarung tangan. Good deal banget ini!
Nah dari awal sudah diumumkan bahwa hari itu resort hanya buka sampai jam 13.00 karena angin yang cukup besar. Memang ada jeda yang cukup lama dengan jadwal shinkansen pulang jam 15:54 tapi kami ngga menganggap ini sebagai rintangan karena kami juga ngga yakin juga bisa survive di salju lama-lama 😀
Hal paling menakjubkan sebenarnya adalah saat menaiki gondola menuju area ski. Di situ kami bisa melihat pemandangan kota dan gunung yang masih tertutup salju. Sensasinya mirip ketika kami naik cable car di Ngong Ping, hanya ini yang dilihat hamparan tanah yang berwarna putih. Indah sekali! Rasanya saya ngga mau memejamkan mata sedetik pun karena baru pertama kali melihat pemandangan salju.
Sesampainya di area permainan, kami pun bergantian bermain sled. Walaupun kayak permainan anak-anak, kami sangat menikmati permainan tersebut. Banyak orang Indonesia dan Thailand yang mayoritas memang mencari pengalaman bersama salju. Kalau orang-orang Jepangnya sih udah pada mahir bermain ski atau snowboard. Setelah puas bermain sled dan berfoto, kami pun duduk sambil menikmati suasana yang ada. Cuaca sebenarnya hanya terasa sangat dingin di awal karena tubuh kita melakukan penyesuaian, habis itu saya pun bisa melepas topi dan syal karena sudah merasa lebih hangat. Berulang kali kami berdua saling melemparkan pertanyaan, “Seneng ngga?” dan kami berulang kali juga bilang “Seneng banget!” Saya pribadi merasakan kebahagiaan yang mendalam karena bisa mencapai impian bersama orang yang saya cintai. Walaupun ini bukan musim dingin pertama untuk Mas Supri, ini tetap salju pertama dan ia juga bahagia karena bisa merasakan pengalaman tersebut dengan saya 🙂
Sekitar jam 12:45 kami memutuskan kembali ke cowabunga (gedung utama) supaya tidak perlu antri menaiki gondola dan lagi-lagi saya sungguh menikmati pemandangan dari atas gondola. Senyum kami sangat lebar karena hari itu kami mendapat pengalaman yang luar biasa. Setelah berganti baju, kami pun duduk di satu-satunya tempat makan yaitu Cafe Milano. Makanan yang dijual beranekaragam dari masakan Jepang hingga Italia. Saya pun memilih baked curry rice sementara Mas Supri memesan beef steak dengan nasi. Uniknya walaupun sudah dikasih kentang goreng, nasi putih tetap diberikan sebagai side dish. Kenyang deh Mas Supri 😀
Dari waktu makan sampai menunggu shinkansen sekitar 2 jam dan kami menghabiskan waktu dengan update status, lihat souvenir, dan mengamati fasilitas yang ada. Suasana sudah sepi hanya tinggal pengunjung yang menunggu shinkansen sementara penduduk Jepang yang lain rasanya langsung pulang dengan kendaraan masing-masing. Berbeda dengan shinkansen yang hanya berhenti sebentar, shinkansen Max Tanigawa sudah stand by sejak 15:30 sehingga kami bisa berfoto dulu dengan kereta super ini. Akhirnya kesampaian juga foto dengan kepala shinkansen 😀
Paulo Coelho dalam bukunya The Alchemist pernah bilang “It’s the possibility of having a dream come true that makes life interesting”. Mungkin bukan selalu harus petualangan besar macam yang dilakukan oleh Santiago, tapi kenyataan bahwa mimpi itu bikin hidup lebih berarti saya amini. Saya bukan orang yang ambisius, malah terkadang cenderung pesimis dan ngga percaya akan kemampuan diri sendiri tapi justru dengan meraih mimpi-mimpi yang memacu diri sendiri dalam mengembangkan diri membuat hidup saya lebih menarik untuk dijalani. Meraih impian itu buat saya adiktif, satu mimpi tercapai, kita akan ketagihan untuk meraih impian-impian yang lain. Kenapa? Karena 1 impian yang tercapai membuat saya yakin hal yang sama juga bisa tercapai di impian yang lain. Kalau ditanya impian selanjutnya sehabis melihat salju apa? Saya ngga tau karena listnya begitu banyak, yang saya tau usaha dan doa ngga pernah salah untuk membawa kita mendekat pada mimpi-mimpi yang ada. Biar Sang Empunya Ruang dan Waktu yang menjawab dan tiba pada gilirannya saya kembali terkagum akan kasih-Nya 🙂